Bungsu lima bersaudara buah hati pasangan Mohamad Hasan (alm) dan Sri Mulyati ini mulai tertarik dengan harpa sejak SMP dan belajar harpa dari Heidy Awuy. Memang saat itu di Indonesia hanya ada dua orang yang terbilang master harpa, yaitu Awuy dan Ussy Piters anggota TNT Orchestra. Di tahun 1990, Maya melanjutkan sekolah ke Willamette University, Salem, Oregon, Amerika Serikat, mengambil jurusan Harp Performance. Selama menuntut ilmu, Maya juga tergabung dalam The Salem Chambers Orchestra, Salem, Oregon, Amerika Serikat. Maya juga sempat mendapat beberapa penghargaan seperti The Music Talent Award, The Stannus Music Award, The Violet Burlingham M.P.E. Award.
Wanita berdarah Cina, Kalimantan, Madura, dan Jawa ini pun kembali ke Indonesia usai menyelesaikan pendidikannya di tahun 1993, meski di Indonesia tidak banyak tempat untuk bermain harpa. Namun hal itu tak sepenuhnya benar. Sekembalinya ke Indonesia, Maya kerap diundang tampil bersama dengan beberapa orkestra musik klasik seperti Nusantara Chamber Orchestra, Twilite Orchestra, Malaysia Philharmonic Orchestra, Surabaya Symphony Orchestra, Erwin Gutawa Orchstra, dan The World Harp Ensemble bersama empat harpis dari Kanada, Jepang, Puerto Rico, dan Amerika Serikat, selain beberapa resital solo harpa maupun gabungan.
Di tahun 2000, Maya merilis album rekaman Sea Breeze bersama kelompok musik bentukannya, Celtic. Sayang album ini tak terlalu meledak di pasar, namun cukup mengenalkan Maya pada publik Indonesia. Nama Maya mulai melejit kala mengisi "Kasih Tak Sampai" di album Sesuatu Yang Tertunda(2001) milik Padi. Maya juga pernah terlibat dalam pentas teater EKI Produciton memainkan lagu "Harp For Sale" yang masuk dalam album Gallery of Kisses (2002). Maya juga pernah sibuk melatih anak-anak dalam pementasan seni berjudul Bajak Laut Pulau Boli Boli.
Tak hanya berkiprah di dunia musik, Maya juga pernah menjajal akting dengan bermain dalam film layar lebar Koper (2006), berperan sebagai Jasmin, orang yang tertindas dan merana.